Baru-baru ini, saya diminta membantu memfasilitasi sebuah Kursus Islam dan Gender yang diselenggarakan oleh Institute Mosintuwu, GP Anshor dan Fahmina. Kursus ini bertujuan untuk memberikan ketrampilan taktis pada para aktivis di Kabupaten Poso, agar bisa menata argumentasi yang baik tentang kesetaraan gender dalam Islam. Dua nara sumber lainnya yaitu KH Husein Muhammad dan Faqihudin dari Fahmina membantu membuka horison berpikir pada peserta training sehingga mereka mampu menata argumentasi yang kuat untuk melawan pemikiran-pemikiran yang tidak mendiskriminasi perempuan dan laki-laki atau gender ke tiga.
Dalam Islam, nilai kesetaraan gender bagian dari keimanan kita. Inilah yang harus dipahami oleh peserta sehingga setelah training, mereka dengan percaya diri bisa menerapkan ilmu yang mereka dapatkan dari proses belajar ini. Tapi kondisi yang terjadi justru sebaliknya, berapapun banyaknya materi yang telah diterima oleh peserta terkait dengan kesetaraan gender dalam Islam, jika keimanan tentang hal itu ragu, tentu saja tetap sulit untuk meyakinkan nilai-nilai itu bisa disebarkan dalam masyarakat. Sementara di sisi lain kita melihat orang-orang yang yakin sekali tentang bahwa laki-laki lebih tinggi derajatnya daripada perempuan, mereka sangat percaya diri. Bukan hanya itu, mereka berani menjanjikan surga dan neraka untuk jastifikasi ajaran yang mereka sampaikan. Mengapa ajaran Islam tentang kesetaraan gender tidak bisa disampaikan dengan keyakinan yang sama? Hanya keyakinan yang mendorong seseorang mau atau tidak menyampaikan argumentasi yang benar bahwa Islam sangat menghormati perempuan, Islam meletakkan derajat laki-laki dan perempuan setara, bahwa Islam tidak mengijinkan manusia saling menyakiti dan sebagainya.
Kesimpulan saya sederhana saja, jika kita tidak berani menyampaikan ajaran Islam yang benar- yang dimaksudkan disini tentu saja ajaran Islam yang percaya pada kesetaraan gender, melindungi minoritas,kehormatan, hak properti, mendukung pada terjaminnya kesehatan reproduksi perempuan, hak hidup semua orang tanpa memandang agama, gender, ras atau kelas sosial dan sebagainya- maka tentu anda dipertanyakan tingkat keimanan anda. Karena esensi beragama bagaimana manusia bisa mengatur relasi sosial dengan manusia yang lainnya dengan baik, sehingga kehidupan yang sudah diciptakan oleh Tuhan bisa dilestarikan dan terhindar dari kerusakan. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar