Blog ini dibuat sebagai wujud kecintaan dan optimisme akan peran perempuan dalam menciptakan perdamaian di keluarga dan masyarakat. Berpijak pada sebuah keyakinan bahwa perempuan adalah kunci perdamaian, menyerukan pada kita semua untuk tidak meremehkan kekuatan dan kapasitas perempuan dalam merajut serbihan-serpihan luka setelah konflik kekerasan menjadi jaring-jaring yang kuat sebagai kohesi sosial untuk mengugurkan segala niat buruk untuk menyulut perseteruhan yang berujung pada kekerasan. Blog ini akan memfokuskan pada dua hal yaitu perempuan dan perdamaian.
Mengapa perempuan? Secara filosofis perempuan memiliki rahim dan menjalankan peran reproduksi regenerasi manusia tanpa pamrih. Sejak sel telur dibuahi oleh sperma, benih kemudian ditanam di rahim perempuan dan dijaga agar tetap hidup. Selama sembilan bulan 10 hari, perempuan memastikan bahwa kehidupan di dalam rahimnya akan tetap hidup sampai saatnya dihantarkan ke bumi. Dalam usaha untuk mempertahankan agar benih tetap hidup, perempuan telah mempertaruhkan segala yang dia punya, termasuk nyawanya. Tumbuhnya kehidupan di dalam rahim perempuan, seiring dengan waktu juga menumbuhkan ikatan batin antara perempuan dan si kehidupan tersebut. Hubungan mereka sangat dekat dan alamiah tanpa pamrih. Sangat masuk akal, jika si kehidupan tersebut mengalami kesakitan, maka perempuan juga akan mengalami kesakitan. Maka, sangat masuk akal kalau perempuan lebih dekat dengan kehidupan. Perempuan lebih komit pada kehidupan. Perempuan jauh lebih tahu nilai dari "hidup". Ini karena perempuan yang menjaga benih kehidupan.
Secara konstruksi sosial, perempuan memiliki sifat-sifat femininitas yang cenderung mengarah pada perdamaian. Diantaranya sifat cinta, kasih sayang, compassion, hati-hati, telaten, mudah bekerja sama dan sebagainya banyak mendominasi karakter perempuan. Sifat-sifat ini sebagai bahan baku dasar membangun perdamaian. Ini yang saya katakan sebagai kapasitas perdamaian perempuan. Sifat-sifat femininitas ini harus diinstitusikan sehingga menjadi sebuah sistem yang bisa dipakai oleh masyarakat untuk menjaga perdamaian.
Mengapa Perdamaian? Kata perdamaian bagi sebagian orang terasa asing. Sebaliknya kata konflik jauh lebih mendarah daging dan mengena pada banyak orang. Ini karena perdamaian itu sendiri sering diilustrasikan dari kaca mata konflik. Perdamaian diartikan sebagai tidak adanya konflik. Padahal perdamaian memiliki definisi sendiri yang setiap orang atau komunitas bisa saja memiliki definisi yang tidak tunggal untuk menggambarkan perdamaian. Yang penting, perdamaian itu mengacu pada kondisi dimana rasa aman dan nyaman seseorang untuk bisa hidup dan terbebas dari rasa takut apapun mewujud. Apakah kita tidak boleh menggunakan kata konflik? Tentu saja tidak. Tetapi bahwa menggunakan dua kata secara berimbang akan menciptakan ruang-ruang dialektika yang lebih dinamis. Dengan banyak membangun wacana dari sudut pandang perdamaian, akan menghantarkan kita lebih detil untuk mengenali karakter perdamaian, seluk beluknya dan juga dinamikanya.
Blog ini akan mewadahi segala gagasan terkait dengan perempuan dan perdamaian, refleksi pengalaman pribadi saya bekerja di sebuah lembaga bernama AMAN Indonesia, dinamika gerakan perempuan untuk perdamaian dan juga suara dari perempuan komunitas yang pernah berkontribusi pada membangun perdamaian. Saya juga mengundang kawan-kawan yang seide untuk juga setuju atau tidak setuju dengan tulisan yang dipublikasikan di blog ini, dengan argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Semoga inisiatif ini dapat memancing kita untuk berdialektika. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar