Kamis, 20 November 2025

Pendanaan Fleksible untuk Gerakan Akar Rumput: Sebuah Niscaya


Sebuah pendanaan tanpa ribet? Tampaknya mustahil. Kita semua mengalami bahwa pendanaan yang dikelolah oleh organisasi masyarakat sipil, selalu berakhir dengan kesibukan administrasi.  Bahkan mengalahkan kesibukan memajukan masyarakat. Atas nama akuntabilitas dan transparansi, pemilik dana ingin memastikan bahwa uangnya dipakai untuk kepentingan sesuai dengan kontrak. Tentu saja ini wajar. Tetapi, pernahkah kalian berpikir bahwa kerja administrasi jadi jauh lebih menyita waktu, daripada kerja-kerja misi lembaga. Apakah memang semua pendanaan untuk organisasi masyarakat sipil selalu kompleks? 


Tidak. Tapi sedikit sekali pendanaan yang menggunakan pendekatan kepercayaan. Saya baru mengenal Trust Based Fund dari Teresa, Partner Asia, yang kemudian mendukung AMAN. Ini merupakan pendekatan baru dalam pendanaan NGO, dimana para pemimpin akar rumput menentukan tujuan penggunaan dana. Bukan hanya itu, para pemimpin akar rumput ikut menentukan mekanisme dan format proposal dan pelaporan. Ini karena telah banyak keluhan tentang format laporan yang rumit dan model pengukuran dampak yang terlalu berbasis pada ukuran-ukuran modern. Sementara mungkin model story telling jauh lebih mudah dilakukan. Kita juga sering mendengar tentang sulitnya lembaga kecil mendapatkan pendanaan dari donor, karena tidak masuk kriteria. Tentang pendanaan yang tidak pernah jangka panjang, sehingga sulit buat CSO untuk menjaga impact terjaga. 


Minggu ini, saya bersama dengan para pemimpin gerakan akar rumput, dari berbagai negara seperti Thailand, Laos, Myanmar, Indonesia, Srilanka, Kenya, Burkini Faso, Guatemala, Bolivia, Peru, berkumpul di Kanchanaburi, Thailand, dari tanggal 16 sampai 22 November 2025. Mereka berasal dari organisasi-organisasi yang mendapatkan dukungan pendanaan fleksible dari Move 92, sebuah lembaga filantropi yang mempercayai pendekatan kepercayaan pada CSO. Tidak seperti model gathering lainnya, dimana semua agenda diset up mulai jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Kumpul-kumpul ini, selain  sebagai ajang untuk refleksi bersama kerja-kerja akar rumput dengan pendekatan trust based fund. Forum juga sangat mengakomodir kreatifitas dan inovasi dari akar rumput. Setiap lembaga yang in charge dalam workshop memiliki kemerdekaan untuk mengelolah workshopnya akan seperti apa. 


Kebetulan AMAN Indonesia mendapatkan kesempatan untuk mengelola workshop bertajuk “Funding Grassroots Movements”. Inilah yang menjadikan baseline tulisan ini. Tapi juga berbagai informasi dalam workshop saya ramu dalam satu tulisan ini, yang saya harapkan bisa memberikan gambaran dinamika isu dalam forum. 


Memahami Gerakan Akar Rumput 


Saya ingin memulai dengan pertanyaan siapa grassroots movement itu? Di dunia kita mengenal berbagai gerakan rakyat yang sukses melakukan perubahan seperti Gerakan Dalit atau Chipko dari India, Green Belt Movement dari Kenya, Mothers of Plaza de Mayo dari Argentina, Black Lives Matter dari Amerika Serikat. Di Indonesia kita juga mengenal sejumlah gerakan rakyat seperti Wadon Wadas, Srikandi Kendeng, gerakan masyarakat adat, gerakan KUPI, dan sebagainya. 


Perubahan juga digerakan oleh Gen Z. Sebut saja Gerakan Mahsa Amini – Women, Life, Freedom (Iran, 2022); #EndSARS Movement (Nigeria); Youth Climate Strikes / Fridays for Future (Global); Protes Anti-Kudeta Myanmar (Myanmar, 2021); #MilkTeaAlliance (Asia Tenggara & Timur); #FeesMustFall (Afrika Selatan); dan sejumlah gerakan pro demokrasi di Indonesia, Nepal, Kenya, Taiwan, Hongkong, Uighor, dll. Dengan kekuatan “leadersless leadership” (kepemimpinan tanpa pemimpin), berhasil menurunkan penguasa dhalim dan korup. Semua yang saya sebutkan di atas contoh-contoh gerakan rakyat yang saling menginspirasi.


Dalam workshop ini, saya menemukan banyak contoh gerakan senyap di akar rumput. Di Sri Lanka, sebuah pusat pelatihan bernama Tea Leaf Trust sudah bertahun-tahun memberikan pendidikan bahasa Inggris dan komputer agar anak muda dari keluarga kurang mampu bisa mengakses pekerjaan yang lebih baik. Di Kenya, organisasi Pamooja sangat diminati karena memberikan pelatihan membuat CV dan membuka akses informasi tentang kesempatan kerja. Di Guatemala, pengorganisasian perempuan suku Maya tidak hanya meningkatkan rasa percaya diri mereka, tetapi juga membantu mengikis budaya rasisme yang telah mengakar. Sementara di perbatasan Thailand–Myanmar, sebuah lembaga bernama BEAM memberikan pendidikan dasar bagi para pengungsi yang baru tiba, termasuk keterampilan untuk bertahan hidup. Semua kerja ini dilakukan tanpa intervensi negara. Mereka bekerja dalam senyap, tetapi menjawab secara nyata tantangan kemiskinan, ketertinggalan, dan marginalisasi.


Bagaimana mengenali gerakan rakyat atau akar rumput? Saya menggunakan analogi sebuah pohon memudahkan mengenali ciri-ciri gerakan rakyat. Ada tiga bagian dalam pohon yang penting untuk diidentifikasi sebagai ciri gerakan yaitu akar, pohon dan daun/ buah. Akar dalam gerakan akar rumput adalah kesadaran, hubungan, dan nilai-nilai yang hidup di dalam komunitas. Akar ini adalah sumber daya yang tidak terlihat, tetapi justru menentukan arah dan kekuatan gerakan. Di dalamnya terdapat realitas sehari-hari masyarakat, pengetahuan dan kebijaksanaan lokal, spiritualitas, serta kepemimpinan perempuan dan anak muda. Termasuk juga jaringan sosial informal dan peran-peran gender yang telah lama dijalankan. Semua hal ini membentuk nilai, norma, dan perilaku sosial yang menjadi fondasi gerakan. Meskipun tidak tampak, akar inilah yang selalu menjaga gerakan tetap hidup.


Sementara batang dalam gerakan akar rumput adalah sumber kekuatan dan kestabilan. Ini menyangkut  kapasitas kelembagaan, kepemimpinan yang menumbuhkan jaringan dan alinasi , mekanisme perlindungan, komunikasi dan kordinasi, skill melek politik dan advokasi, dukungan finansial, keteguhan untuk bertahan di tengah guncangan demokrasi ataupun tekanan militerisme, dan sebagainya. Bagian ini merupakan penyambung nilai dengan aksi konkrit. 


Daun dan buah dalam gerakan akar rumput adalah perubahan nyata di masyarakat yang dihasilkan dari kerjasama akar dan batang. Maka gerakan akar rumput yang sehat akan melahirkan sejumlah perubahan sosial, politik, dan ekonomi, munculnya inisiatif perdamaian di akar rumput, hadirnya kebijakan yang inklusif dan berkeadilan untuk semua, dan perlindungan pada lingkungan. Komunitas menemukan cara baru menyelesaikan konflik, norma-norma perlahan bergeser, dan muncul ruang aman serta solidaritas yang lebih kuat.


Dari diskusi di ruangan, muncul setidaknya empat alasan mengapa pendanaan bagi gerakan akar rumput menjadi sangat penting. Pertama, karena mereka menghidupi realitas sehari-hari. Gerakan akar rumput bekerja langsung bersama orang-orang yang terdampak; mereka memahami apa yang benar-benar terjadi, bukan dari laporan atau indikator, tetapi dari pengalaman hidup yang mereka hadapi setiap hari. Pendanaan kepada mereka memastikan bahwa keputusan dan program tidak lahir dari jarak, melainkan dari kenyataan yang sesungguhnya.

Kedua, pendanaan akar rumput adalah cara mendistribusikan kekuasaan ke bawah. Selama ini, aliran dana lebih sering berputar di lembaga besar, sementara komunitas yang justru paling memahami persoalan tidak memiliki ruang untuk memimpin. Ketika komunitas diberi sumber daya, mereka dapat membangun kepemimpinan lokal yang grounded, menentukan agenda sendiri, dan mempercepat proses perubahan dengan cara yang lebih relevan bagi kehidupan mereka. Pendanaan seperti ini menumbuhkan kemandirian dan otonomi komunitas.

Ketiga, gerakan akar rumput terbukti efisien, tahan banting, dan mampu membangun resiliensi. Karena bekerja langsung bersama masyarakat, mereka tahu kebutuhan yang paling mendesak, siapa yang harus dibantu, dan kapan harus bertindak. Setiap sumber daya digunakan dengan tepat, menciptakan kapasitas bertahan, pulih, dan bangkit menghadapi krisis sosial, ekonomi, maupun politik. Resiliensi yang tumbuh dari bawah ini jauh lebih kuat daripada intervensi yang dipaksakan dari luar.

Keempat, mendukung gerakan akar rumput berarti mendukung perubahan yang lebih cepat sekaligus berkelanjutan. Mereka bergerak dengan lincah karena tidak dibatasi prosedur yang birokratis, dan pada saat yang sama mampu membangun perubahan jangka panjang yang benar-benar dimiliki oleh komunitas. Pendanaan bagi gerakan akar rumput bukan sekadar mendanai program, tetapi memastikan bahwa masyarakat dapat memahami, memimpin, dan mempertahankan solusi yang mereka pilih sendiri. Di tangan mereka, perubahan tidak berhenti sebagai proyek; ia tumbuh menjadi bagian dari kehidupan.


Strategi Pendanan Gerakan Akar Rumput


Ada sebuah paradoks besar dalam strategi pendanaan untuk gerakan akar rumput: kelompok yang paling dekat dengan masalah dan paling cepat menemukan solusi justru sering menjadi pihak yang paling sulit mendapatkan dukungan. Mereka bekerja di garis depan, tetapi pendanaan lebih sering mengalir ke lembaga besar yang jauh dari realitas komunitas. Gerakan akar rumput diminta menunjukkan kapasitas administratif yang tinggi, sementara kekuatan mereka justru berada pada kedekatan manusiawi, solidaritas, dan pengetahuan lokal. Mereka dituntut membuat laporan rapi, padahal yang mereka lakukan adalah menyelamatkan hidup, membuka ruang aman, dan merawat perdamaian setiap hari. Paradoks inilah yang membuat kita perlu merumuskan strategi pendanaan yang berbeda—yang memahami energi hidup gerakan dan memampukan mereka tumbuh dari akar, berdiri tegak di batang, dan menghasilkan daun serta buah yang nyata bagi komunitas.


Ada tiga strategi pendanaan yang bisa memperkuat gerakan akar rumput, diantaranya adalah; 


Memperkuat Akar Gerakan

Pendanaan untuk gerakan akar rumput harus dimulai dari penguatan akar—yaitu sumber kehidupan gerakan yang tumbuh dari kebutuhan, nilai, dan pengalaman komunitas itu sendiri. Untuk memperkuat akar, pendanaan harus fleksibel, jangka panjang, dan berbasis kepercayaan, bukan berbasis kontrol atau laporan yang membebani. Dukungan seperti ini memungkinkan komunitas menentukan prioritas mereka sendiri, sesuai konteks dan pengetahuan lokal yang mereka miliki. Pendanaan juga harus dapat diakses oleh organisasi kecil, terutama kelompok perempuan, pemuda, atau komunitas adat yang sering kali tidak memenuhi persyaratan teknis donor besar. Ketika pendanaan dibebaskan dari birokrasi yang berlebihan dan dirancang untuk menghormati otonomi komunitas, akar gerakan dapat menyerap energi, pengetahuan, dan kreativitas—membuat gerakan tetap hidup, lentur, dan mampu tumbuh dari realitas yang mereka hadapi setiap hari.

Memperkuat Batang Gerakan


Jika akar adalah sumber kehidupan, maka batang adalah kekuatan yang menjaga gerakan tetap kokoh di tengah badai. Memperkuat batang berarti memastikan struktur gerakan—relasi, kapasitas, dan kepemimpinan—mampu bertahan dan berkembang. Pendanaan di tahap ini harus berinvestasi pada pembangunan kapasitas, mulai dari manajemen organisasi, advokasi, riset, hingga kepemimpinan perempuan dan pemuda. Batang juga akan semakin kuat ketika gerakan didukung untuk membangun koalisi lokal, menghubungkan berbagai komunitas yang menghadapi isu serupa agar tidak berjalan sendiri-sendiri. Selain itu, pendanaan perlu membuka akses bagi aktivis akar rumput untuk bepergian dan berpartisipasi dalam ruang-ruang pengambilan keputusan—mulai dari pertemuan desa hingga forum nasional dan internasional.

Penguatan batang juga mencakup keamanan digital dan fisik, terutama bagi mereka yang bekerja di wilayah konflik, konservatisme ekstrem, atau di bawah ancaman aktor bersenjata dan aparat. Yang tidak kalah penting, pendanaan harus memastikan perlindungan bagi perempuan pembela hak asasi manusia, yang sering berada di garis depan tetapi menjadi kelompok paling rentan mengalami intimidasi, kriminalisasi, dan kekerasan. Ketika batang gerakan diperkuat, gerakan tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga berdiri tegak menghadapi tekanan politik, sosial, dan keamanan.

Merawat Daun dan Buah Gerakan

Ketika akar telah kuat dan batang kokoh, gerakan mulai menumbuhkan daun-daun dan buah—hasil nyata dari kerja kolektif di tingkat komunitas. Pada tahap inilah pendanaan perlu merawat dan menyuburkan perubahan yang sudah tampak. Dukungan harus diberikan untuk inisiatif perdamaian yang dipimpin perempuan, karena merekalah yang paling memahami cara menjaga harmoni sosial dan memulihkan komunitas dari luka kekerasan. Ruang juga perlu dibuka bagi eksperimen dan inovasi, memberi kesempatan bagi komunitas untuk mencoba cara-cara baru dalam menyelesaikan konflik, membangun solidaritas, dan memperkuat ekonomi lokal.

Merawat daun dan buah juga berarti mengangkat cerita-cerita lokal, memastikan pengalaman komunitas tidak tenggelam, tetapi menjadi inspirasi dan pelajaran bagi banyak pihak. Pendanaan yang baik memungkinkan adanya small grants untuk merespons situasi mendesak—ketika konflik muncul tiba-tiba, ketika perempuan butuh perlindungan cepat, atau ketika ruang aman harus segera dibangun.

Akhirnya, gerakan perlu didukung untuk melakukan monitoring dan evaluasi berbasis komunitas, sehingga mereka sendiri dapat menilai perubahan yang terjadi dan menentukan langkah berikutnya. Dengan menyuburkan daun dan buah, pendanaan tidak hanya mendukung kegiatan, tetapi memastikan bahwa hasil-hasil gerakan dapat tumbuh, berkembang, dan memberi manfaat bagi generasi berikutnya. ***


Ditulis oleh Ruby Kholifah 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar