Jumat, 16 Agustus 2013

Pembangunan Sebagai Perdamaian: Sebuah Kerangka

Peacebuilding sering diartikan sebagai pembangunan untuk perdamaian. Ini artinya adalah bahwa dalam proses perdamaian tidak bisa dilepaskan dari konteks pembangunan. Pembangunan yang tidak terarah akan menimbulkan konflik. Sebaliknya proses perdamaian yang tidak mendukung pembangunan juga bisa berakhir dengan munculnya kekerasan baru. Jadi, banyak referensi yang menyebutkan bahwa pembangunan dan perdamaian memang tidak bisa dipisahkan, karena keduanya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. 

Lambang Triyono dalam bukunya pembangunan sebagai perdamaian, memfokuskan kerangka kerja pembangunan sebagai perdamaian dalam tiga kategori yaitu pembangunan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak asasi manusia untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk kekerasan, kemiskinan, represei, ketidakamanan, dan alienasi budaya. kedua bahwa pembangunan sebagai perdamaian harus dijalankan oleh struktur dan kelembagaan ekonomi dan politik, negara dan pasar, yang tidak menekan, sebaliknya membebaskan dan meningkatkan kapasitas manusia untuak memenhu kebutuhan dasar agar terwujud. Ketiga, bahwa strategi dan perencanaan pembangunan harus peka terhadap konflik dan bertumpu pada perdamaian.  

Saya akan menguraikan satu persatu. Terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup, tentu bukan saja terkait dengan menciptakan kesejahteraan secara materi, tetapi juga kebebasan, identitas kultural. Artinya bahwa upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup manusia, selain untuk menjamin hak hidup seseorang, juga untuk mengembangkan kapasitas seseorang agar bisa menjaga eksistensi hidupnya. Dalam pemenuhan kebutuhan ini, suara dan perspektif perempuan harus dipertimbangkan. Ini karena perempuan juga sebagai agent of change, sama dengan laki-laki. Suara anak muda juga seperti itu. 

Kedua, bahwa perdamaian itu bukan hanya gol, tetapi juga cara. Artinya jika kita menginginkan perdamaian itu terwujud, maka cara-cara yang dipakai juga harus mencerminkan komitmen untuk menghindari segala bentuk kekerasan. Orang menyebutnya sebagai non violence action. Kenapa ini penting? Dalam konteks keamanan internasional misalnya peacekeeping selalu diasosiasikan dengan pengiriman pasukan perdamaian untuk menjaga perdamaian. Padahal militer itu bagian dari simbol kekerasan yang sangat mudah terpicu ke arah kekerasan. Olehkarenanya, jika komitmen perdamaian itu ingin diwujudkan, maka perangkat untuk menghantarkan pada perdamaian haruslah banyak menggunakan media dialogue. Tidak ada cara lain. Pendekatan interest based dengan mendengarkan semua pihak, akan banyak mendorong kita untuk mempelajari kepentingan yang ada di antara kelompok-kelompok yang bertikai. Ini akan menolong kita dalam merencanakan pembangunan ke depan. Keterlibatan banyak pihak tentu saja akan banyak sekali memberikan detil persoalan dan juga sekaligus solusi. 

Ketiga, terkait engan strategi dan perencanaan pembangunan haruslah peka konflik dan bertumpu pada perdamaian. Artinya bahwa setiap strategi yang dipilih dalam pembangunan haruslah merefleksikan menjaga pluralisme, hak asasi manusia, dan tentu saja komitmen pada non violence action. Perencanaan pembangunan juga harus mempertimbangkan pendekatan yang berbeda antara daerah yang sudah pernah megalami konflik kekerasan dengan daerah yang tidak pernah. Mengapa penting? Intervensi pembangunan pada daerah yang pernah mengalami konflik kekerasan, akan banyak mengeksplorasi upaya rekonsiliasi. Setiap program yang didesain haruslah bisa mendorong pada upaya rekonsiliasi, dan menjaga komunikasi yang sudah diperbaiki. Sementara untuk daerah yang tidak pernah mengalami konflik, tentu saja akan banyak mengeksplorasi pada ranah membangun kesadaran kebhinekaan warga, agar ketegangan bisa di-channel-kan pada mekanisme penyelesaian yang tepat. Model perencanaan pembangunan yang sentifi gender dan pro pada orang miskin, juga bagian dari upaya untuk mencegah konflik sedini mungkin. ***  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar