Kamis, 05 Februari 2015

Menjadi Fasilitator


Haru sekaligus bangga melihat para ibu-ibu Sekolah Perempuan Perdamaian (SP) memandu diskusi, game, aktifitas kreatif, bernyanyi, diksusi kelompok memfasilitasi sesi demi sesi dalam Draft Modul Sekolah Perempuan mengetes Modul dalam SP yang dikompilasi dalam sebuah modul belajar yang mentargetkan pada perubahan individu, relasi, budaya dan struktur. 20 kader terbaik dari SP Pondok Bambu, SP Cakung, SP Pagentongan, SPAK Loji, SP Mandiri Pamona, SP Poso Bersatu, SP Mungkudena, dan SP Lestari Tasikmalaya. 

Ditemani Ibu Suraiya Kamaruzaman (biasa dipanggil Kak Aya), aktifis perempuan dari Aceh, TOT ini menekankan pada penguasaan ketrampilan sebagai fasilitator, baik itu terkait dengan keluwesan dalam memandu proses sesi, ketrampilan menggunakan alat-alat bantu, dan kepiawaian memodifikasi modul dengan style fasilitator sendiri. Tentu saja dasar-dasar memfasilitasi diberikan oleh Kak Aya seperti teknik-teknik dasar, apa yang boleh dan tidak boleh dalam memfasilitasi. Sehingga peserta memiliki dasar pengetahuan sebelum mencerma modul dan menggunakannya dalam sesi-sesi selanjutnya.

TOT hari di Hotel Topas Bandung, memang berbeda dengan TOT sebelumnya. Jika pada forum TOT biasanya peserta dibekali dengan pengetahuan dari nara sumber, tetapi TOT yang dirancang oleh AMAN Indonesia, lebih menekankan pada ketrampilan memfasiltiasi. “Kami tidak menyangka kalau model TOTnya seperti ini”, Bu Elly, anggota SP Cakung. Bagi peserta model ToT seperti ini adalah yang pertama mereka alami. 

Banyak diantara peserta sangat terkejut dengan metode ini tetapi mereka sangat menikmati. “Saya sering memfasiltasi di Sekolah Perempuan, tetapi kali ini jauh lebih sistematis,” Ibu Harmin dari Poso menegaskan. Dari 600 perempuan yang kami training, hanya 30 orang yang layak untuk melanjutkan pada jenjang pengkaderan berikutnya, Sayangnya kami hanya mendapatkan konfirmasi 22 orang saja yang bersedia mengikuti TOT di Bandung. Sebagian kader terbaik tidak bisa bergabung karena jadual perkuliahan yang padat. Muna, salah satu kader terbaik akhirnya mengambil keputusan meneruskan kuliah setelah mengikuti reguler kelas selama 2 tahun di SP Pamona. Sementara karena situasi keamanan yang tidak kondusif, Ibu Zaenab dan Ibu Yurlianti juga membatalkan undangan. 

Tidak lanjut dari TOT adalah pembukaan sekolah perempuan yang baru di wilayah terdekat para ibu-ibu. Ini menjadi penting bukan saja sebagai ruang belajar menajaman skill sebagai fasiltiator, tetapi juga karena kebutuhan akan pemimpin perempuan yang baru untuk mempercepat perubahan tidak bisa ditunda lagi. Kami mentargetkan minimal 1 orang yang telah dilatih bisa melatih 10-15 perempuan di kampungnya untuk berposes dalam Sekolah Perempuan Perdamaian. Berdasarkan komitmen bersama, Sekolah Perempuan Cakung akan diaktfikan kembali dengan merekrut saudara dan tetangga dekat. Sekolah Perempuan Pondok Bambu komitmen menjaga konsistensi kelas. Poso akan membuka beberapa sekolah baru dibawah kordinasi Ibu Roswuri. Target pembukaan ada di Desa Mayura, DEsa Tegal rejo, Kelurahan Poso kota, dan beberapa titik lainnya. Di TAsikmalaya, Ibu AnAn akan menyulap wajah Sekolah Perempuan Lestari menjadi lebih berperspektif perdamaian dan hak-hak perempuan. Sementara Jember akan berfokus pada mahasiswa atau perempuan-perempuan di PAUD. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar